Cerita ini aku dapat ketika merayakan Misa Paskah 2010 yang menceritakan cerita ini adalah P. Julius Yasinto SVD , Rektor Unika Widya Mandira Kupang.
Ada seorang pastor sebut saja namanya Pator Siak, terkenal sekali dengan sifat suka marahnya.
Ada saja hal yang bisa menyebabkan pastor ini marah setiap hari. Mulai dari umat datang terlambat ke gereja, anak-anak yang ribut yang saat misa berlangsung, nyanyian koor yang jelek suaranya, petugas pembaca Kitab Suci yang salah mengutip bacaan, sampai umat yang terlambat membalas sapaan-sapaan rutin ketika misa sedang berlangsung.
Seorang Koster yang membantu di paroki tersebut selalu menjadi sasaran kemarahannya setiap hari. Amarah, hardikan, bentakan sudah menjadi kebiasaan yang terjadi setiap hari dan harus dihadapi Bapak Koster ini. Kita sebut saja nama koster ini Bapak Goris.
Suatu hari Pastor Siak harus mengikuti kegiatan Retret para pastor dan acara ini berlangsung sekitar 2 mingguan. Selama Retret berlangsung Pastor Siak mulai menyadari kesalahannya bahwa sifat marahnya sangat merugikan diri sendiri dan orang lain yang ada di sekitarnya.
Pastor tersebut menyadari bahwa dia menjadi jauh dengan umatnya, bahkan koster gerejanya sendiripun takut untuk bersikap dan bicara kepadanya. Selanjutnya dengan bantuan pembimbing retret tersebut Pastor Siak berjanji untuk menghilangkan sifat marahnya tersebut.
Setelah pulang dari kegiatan Retret tersebut Pator Siak kemudian membuat daftar semua sifat jelek yang ingin dia hilangkan dan bersama dengan Bapak Goris mereka kemudian menguburkan kertas tersebut.
Secara simbolis dibuatlah sebuah kuburan kecil dan dipasang sebuah tulisan diatasnya "Disini berbaring dengan tenang sifat marah Pastor Siak". Kemudian mereka pulang ke paroki dan melanjutkan tugas masing-masing seperti biasanya.
Hari pertama dan kedua setelah penguburan tersebut keadaan berlangsung begitu damai. Tidak ada teriakan dan kemarahan yang terdengar lagi. Pada hari ketiga, Bapak Goris terlambat bangun dan akhirnya terlambat membuka pintu gereja. Pastor Siak dengan mukanya yang begitu marah kemudian meluapkan segala kekesalannya dengan berbagai cara. Pastor Siak lupa dengan janjinya.
Bapak Goris dengan sedih kemudian menuju ke kuburan tersebut dan selanjutnya menambah sebuah tulisan dibawah tulisan pertama " Dan pada hari ketiga... dia bangkit kembali".
0 Responses
Subscribe to:
Post Comments (Atom)